Halaman

artikel


PENGEMBANGAN VARIASI LATIHAN SEPAK SILA
DALAM PERMAINAN SEPAK TAKRAW
DI JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MALANG






ARTIKEL SKRIPSI




OLEH
DIDIK PURWANTO
NIM 203161418822








 














UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN ILMU KEOLAHRAGAAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI
 JUNI 2007
Pengembangan Variasi Latihan Sepak Sila dalam Permainan
Sepak Takraw di Jurusan Ilmu Keolahragaan
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang

Didik Purwanto[1]

Abstrak: Matakuliah T & P Sepak Takraw merupakan salah satu matakuliah wajib (MKB). Salah satu tujuan matakuliah T & P Sepak Takraw adalah mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar sepak takraw. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan variasi latihan sepak sila di JIK FIP UM, yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan latihan sepak sila. Prosedur pengembangan variasi latihan sepak sila ini menggunakan  model pengembangan Borg dan Gall. Dari pengembangan dan prosedur yang dilakukan di atas, diperoleh kesimpulan bahwa pengembangan variasi latihan sepak sila dapat digunakan dan dapat dipraktekkan oleh mahasiswa JIK FIP UM. Hal ini dibuktikan dari hasil yang sudah memenuhi kriteria digunakan yaitu ahli sepak takraw diperoleh 71,62%, ahli pembelajaran diperoleh 75%, mahasiswa kelompok kecil diperoleh 77,01%, dan mahasiswa kelompok besar diperoleh 78,7%.

Kata kunci: pengembangan, variasi latihan, sepak takraw, sepak sila.

Permainan sepak takraw merupakan permainan yang dilakukan di atas lapangan empat persegi panjang, rata, baik terbuka maupun tertutup, serta bebas dari semua rintangan. Lapangan dibatasi oleh net. Bola yang dipakai terbuat dari rotan atau plastik (synthetic fibre) yang dianyam bulat. Permainan ini menggunakan seluruh anggota tubuh, kecuali tangan dan lengan. Bola dimainkan dengan mengembalikannya ke lapangan lawan melewati net. Permainan ini dilakukan oleh dua regu, masing-masing terdiri dari 3 orang pemain dan 1 pemain cadangan. Tujuan dari setiap pemain adalah mengembalikan bola ke lapangan lawan (PERSETASI, 1999:29).
Matakuliah T & P Sepak Takraw merupakan salah satu matakuliah wajib ditempuh dan dikategorikan sebagai Matakuliah Keahlian Berkarya (MKB) yang harus ditempuh mahasiswa Pendidikan Jasmani, dengan bobot 2 SKS (Satuan Kredit Semester). Tujuan Matakuliah T & P Sepak Takraw adalah mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar sepak takraw, metodik latihan sepak takraw, serta mengorganisasikan pertandingan sepak takraw. Adapun materi yang dipelajari oleh mahasiswa program studi Pendidikan Jasmani antara lain teknik dasar; metodik latihan; sejarah perkembangan dan organisasi sepak takraw; peraturan dan perwasitan sepak takraw; organisasi pertandingan sepak takraw (Fakultas Ilmu Pendidikan, 2004:264).
Salah satu tujuan matakuliah teori dan praktik sepak takraw adalah mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar sepak takraw. Yang dimaksud teknik dasar adalah unsur dalam permainan sepak takraw itu sendiri. Keterampilan teknik dasar itu diperlukan dalam menghadapi pertandingan yang sebenarnya, tanpa penguasaan teknik dasar dengan baik dan benar, permainan sepak takraw tidak akan berlangsung dengan sempurna.
Teknik merupakan kemampuan dasar yang dimiliki individu untuk menentukan keberhasilannya. Keterampilan teknik dasar itu diperlukan dalam menghadapi pertandingan yang sebenarnya, sehingga para pemain dapat menampilkan suatu bentuk permainan yang menarik dan bagus dengan tingkat keterampilan yang tinggi. Agar menjadi seorang pemain sepak takraw yang baik, maka teknik dasar dalam permainan sepak takraw harus betul-betul dikuasai. Apabila teknik dasar telah dikuasai dengan baik, maka peningkatan prestasi dalam permainan yang bermutu akan tercapai.
Untuk dapat bermain sepak takraw dengan mahir dan profesional harus dapat menguasai teknik-teknik dasar dalam permainan sepak takraw. Teknik dasar dalam permainan sepak takraw merupakan unsur penting dalam permainan sepak takraw. Tanpa penguasaan teknik dasar dengan baik, permainan tidak dapat dimainkan dengan sempurna. Teknik dasar dalam permainan sepak takraw antara lain: menyepak dengan menggunakan bagian-bagian kaki (sepak sila, sepak kura, sepak cungkil, sepak tapak, sepak simpuh), memainkan bola dengan kepala (heading), dada, paha, dan bahu.
Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Sepak sila digunakan untuk menerima dan menimang/menguasai bola, mengumpan bola dan untuk menyelamatkan serangan lawan. Sebagai teknik dasar, maka sepak sila harus dikuasai dan dilatih dengan sungguh-sungguh. Sepak sila sangat penting dan harus dikuasai oleh seorang pemain sepak takraw, karena sepak sila merupakan gerak yang dominan dalam permainan sepak takraw. Dapat dikatakan bahwa menyepak itu merupakan ibu dari permainan sepak takraw karena bola dimainkan terbanyak dengan kaki, mulai dari permulaan permainan sampai membuat poin atau angka (PERSETASI, 1999:4).
Berdasarkan hasil observasi awal di JIK FIP UM pada pekuliahan T & P Sepak Takraw khususnya untuk penguasaan sepak sila, masih banyak mahasiswa peserta kuliah sepak takraw yang merasa kesulitan untuk melakukan sepak sila dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada penguasaan sepak sila bahwa mahasiswa yang menguasai sepak sila dengan baik sebanyak 5 mahasiswa (20.83%) dan yang tidak menguasai dengan baik sebanyak 19 mahasiswa (79.17%). Berdasarkan hasil pengisian angket analisis kebutuhan oleh dosen matakuliah sepak takraw diperoleh 25% mahasiswa yang menguasai sepak sila dengan baik, dan 75% yang tidak menguasai dengan baik. Untuk itu berdasarkan hasil observasi dan wawancara antara peneliti dengan dosen matakuliah T & P Sepak Takraw JIK FIP UM, maka akan dilakukan pengembangan variasi latihan sepak sila dalam permainan sepak takraw di JIK FIP UM, supaya tujuan matakuliah sepak takraw dapat tercapai secara optimal.
Pengertian pengembangan menemukan pola, urutan pertumbuhan, perubahan dan terutama untuk mengembangkan pengajaran. Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan sutau produk atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2005:164).
            Menurut Universitas Negeri Malang (2000:2), “pengembangan adalah kegiatan yang menghasilkan rancangan atau produk yang dapat dipakai untuk memecahkan masalah-masalah akutal”. Sedangkan Ruseffendi (1994:28), menyatakan bahwa “penelitian pengembangan bisa memakan waktu yang lama, biaya besar, melibatkan banyak orang dan sebagainya”.
Borg and Gall (1983:772) menjelaskan penelitian pengembangan pendidikan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan. Produk tersebut tidak selalu berbentuk benda atau perangkat keras (hardware), seperti buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas atau di laboratorium, tetapi bisa juga perangkat lunak (software), seperti program komputer untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium, ataupun model-model pendidikan, pembelajaran, pelatihan, bimbingan evaluasi, manajemen, dan lain-lain. Sesuatu produk yang baik yang akan dihasilkan apakah itu perangkat keras ataupun lunak, memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut merupakan perpaduan dari sejumlah konsep, prinsip, asumsi, hipotesis, prosedur perkenaan dengan sesuatu hal yang telah ditemukan atau dihasilkan dari penelitian dasar (Sukmadinata, 2005:166). Untuk itu penelitian dasar merupakan proses awal yang nantinya akan digunakan dasar untuk proses penelitian dalam hal ini untuk variasi latihan sepak sila dalam permainan sepak takraw. Pengertian sepak sila dan sepak takraw akan diuraikan sebagai berikut.
Pengertian sepak takraw menurut Yusup dkk (2001:10) adalah sebagai berikut.
Sepak takraw adalah permainan yang dilakukan di lapangan yang berukuran 13,40 x 6,10 M yang dibagi oleh dua garis dan net (jaring) setinggi 1,55 meter untuk putera dan 1,42 meter untuk puteri dengan lebar 72 cm, dan lubang jaring sekitar 4-5 cm. Bola yang dimainkan terbuat dari rotan atau plastik (syntetic fibre) yang dianyam dengan lingkaran antara 42-44 cm. Permainan sepak takraw ini dimainkan oleh dua regu yang berhadapan di lapangan yang dipisahkan oleh jaring (net) yang terbentang membelah lapangan menjadi dua bagian. Setiap regu yang berhadapan terdiri atas 3 orang pemain yang bertugas sebagai tekong yang berdiri paling belakang, dua orang lainnya menjadi pemain depan yang berada di sebelah kiri dan kanan yang disebut apit kiri dan apit kanan, dan permainan ini tidak boleh dimainkan oleh lengan dan tangan, tetapi dimainkan oleh kaki, paha, dada, bahu dan kepala.
Sedangkan pengertian sepak sila menurut (PERSETASI, 1999:4) Sepak sila adalah menyepak bola dengan menggunakan kaki bagian dalam. Sepak sila digunakan untuk menerima dan menimang/menguasai bola, mengumpan, hantaran bola dan untuk menyelamatkan serangan lawan.
Upaya pengembangan dan peningkatan prestasi olahraga salah satunya adalah latihan yang terprogram dengan baik dan benar. Latihan merupakan proses yang sistematis dalam mempersiapkan olahragawan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan beban yang semakin meningkat. Suharno (1993:5) menyimpulkan “latihan adalah suatu proses penyempurnaan atlet secara sadar untuk mencapai mutu prestasi maksimal dengan diberi beban-beban fisik, teknik, taktik, dan mental yang teratur, terarah, meningkat, bertahap, dan berulang-ulang waktunya”. Bompa (1986:2) mengemukakan pendapatnya bahwa “latihan merupakan suatu kegiatan olahraga yang sistematis dalam waktu yang panjang, ditingkatkan secara bertahap dan perorangan, bertujuan untuk membentuk manusia yang berfungsi fisiologisnya dan psikologisnya untuk memenuhi tuntutan tugas”. Jadi dapat disimpulkan bahwa latihan adalah suatu proses berlatih yang dilakukan secara sistematis, berulang-ulang yang kian hari jumlah beban latihan kian bertambah, bertujuan mencapai keterampilan yang lebih baik.

METODE
Dalam pengembangan variasi latihan sepak sila dalam permainan sepak takraw di Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, ini menggunakan  model pengembangan Borg dan Gall, yang terdiri dari 10 langkah. Dari 10 langkah yang dikemukakan, digunakan tujuh tahap yang dimodifikasi oleh peneliti dengan pertimbangan waktu, tenaga, dan biaya yang terbatas. Adapun langkah-langkah pengembangan dari Borg dan Gall, adalah (1) mengumpulkan data informasi termasuk kajian pustaka dan analisis kebutuhan, (2) mengembangkan bentuk produk awal, (3) evaluasi para ahli dengan menggunakan 1 ahli pembelajaran dan 2 ahli sepak takraw, (4) uji coba kelompok kecil dan revisi produk pertama, (5) uji coba lapangan dengan mengujicobakan hasil revisi produk pertama (kelompok besar), (6) revisi produk akhir (sesuai dengan saran-saran dari hasil uji lapangan ), dan (7) hasil akhir produk pengembangan variasi latihan sepak sila dalam permainan sepak takraw di JIK FIP UM. Subjek uji coba terdiri dari (1) tinjauan ahli, terdiri dari 3 ahli yaitu 2 ahli sepak takraw dan 1 ahli pembelajaran, (2) uji coba kelompok kecil adalah mahasiswa JIK angkatan 2003 dan 2004 sebanyak enam mahasiswa dengan menggunakan sample random, dan (3) uji kelompok besar adalah mahasiswa JIK angkatan 2003 dan 2004 sebanyak 17 mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk ahli sepak takraw dan ahli pembelajaran serta pedoman pertanyaan untuk mahasiswa JIK. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan persentase.
HASIL
Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan dari ahli sepak takraw dan ahli pembelajaran serta mahasiswa JIK, maka ada beberapa bagian produk yang perlu direvisi. Adapun produk yang perlu direvisi adalah sebagai berikut: (1) merevisi masing-masing variasi latihan dan memberi nama serta tujuan latihan, contoh: latihan I adalah latihan sepak sila untuk kontrol bola dan tujuannya adalah mahasiswa terampil dalam melakukan sepak sila, (2) merevisi gerakan pemanasan yang fokus pada tungkai kaki, (3) merevisi gerakan inti yaitu: pada variasi latihan sepak sila harus mampu meningkatkan kemampuan sepak sila dan perlunya penambahan variasi yang lebih menekankan ke dalam bentuk game-game yang menarik, sehingga mahasiswa terdorong lebih bersemangat, (4) merevisi durasi yang digunakan dalam permainan sepak sila karena pada matakuliah T & P Sepak Takraw tidak hanya sepak sila saja, dan (5) merivisi format latihan dan lebih menekankan dari sederhana menuju ke yang kompleks atau dari mudah ke sukar.
Berdasarkan hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian pelaksanaan aktivitas stretching pasif pada bagian leher diberikan dalam tahap pendahuluan, (2) kesesuaian pelaksanaan aktivitas stretching pasif pada bagian lengan dan tangan diberikan dalam tahap pendahuluan, (3) kesesuaian pelaksanaan aktivitas stretching pasif pada bagian pinggang, dan punggung diberikan dalam tahap pendahuluan, dan (4) kesesuaian pelaksanaan aktivitas stretching pasif pada bagian kaki diberikan dalam tahap pendahuluan.
Hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian pelaksanaan aktivitas stretching pasif pada kelentukan tubuh diberikan pada tahap pendahuluan, (2) kesesuaian pelaksanaan aktivitas gerak melakukan sepak sila tanpa bola di tempat kaki kiri dan sebaliknya, diberikan pada tahap pendahuluan, dan (3) kesesuaian rancangan model I dengan teknik yang benar.
Hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model I dilaksanakan selama 10 menit, (2) kesesuaian rancangan model II dengan teknik yang benar, dan (3) kesesuaian rancangan model II dengan menggunakan jarak antar mahasiswa 1 meter lalu 2 meter dan 3-4 meter.
Hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model III dengan teknik yang benar, (2) kesesuaian rancangan model III dengan menggunakan jarak antar mahasiswa 3-4 meter, (3) kesesuaian rancangan model III dilaksanakan selama 10 menit sudah sesuai, (4) kesesuaian rancangan model IV dengan teknik yang benar, (5) kesesuaian rancangan model IV dengan menggunakan jarak antar mahasiswa 4-5 meter, dan (6) kesesuaian rancangan model IV dilaksanakan selama 10 menit.
Hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model V dengan menggunakan jarak antar mahasiswa 4-5 meter, (2) kesesuaian rancangan model V dilaksanakan selama 10 menit, (3) kesesuaian rancangan model VI dengan teknik yang benar, dan (5) kesesuaian rancangan model VI dilaksanakan selama 10 menit.
Hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model VII dengan teknik yang benar, (2) kesesuaian rancangan model VII dilaksanakan selama 10 menit, (3) kesesuaian rancangan model VIII dengan teknik yang benar, dan (4) kesesuaian rancangan model VIII dengan menggunakan jarak antar mahasiswa 3-4 meter.
Hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model IX dengan teknik yang benar, (2) kesesuaian rancangan model IX dengan menggunakan jarak antar mahasiswa 3-4 meter, (3) kesesuaian pelaksanaan aktivitas stretching pasif diberikan pada tahap penutup, dan (4) penekanan rancangan model I s/d IX dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks.
Hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 62.5% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian pelaksanaan aktivitas stretching pasif pada tungkai kaki diberikan pada tahap pendahuluan, (2) kesesuaian pelaksanaan aktivitas gerak melakukan sepak sila tanpa bola sambil melangkah ke depan dengan kaki kanan dan sebaliknya diberikan pada tahap pendahuluan, (3) kesesuaian rancangan model I dengan menggunakan jarak antar mahasiswa 4-5 meter, (4) kesesuaian rancangan model II dilaksanakan selama 10 menit, dan (5) kesesuaian rancangan model V dengan teknik yang benar.
Hasil analisis ahli sepak takraw diperoleh persentase 62.5% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model V dilaksanakan selama 10 menit, (2) kesesuaian rancangan model VI dengan menggunakan jarak antar mahasiswa 3-4 meter, (3) kesesuaian rancangan model VII dengan menggunakan jarak antar asiswa 2 meter, (4) kesesuaian rancangan model VII dengan menggunakan tinggi tali pembatas (rafia) 1 meter lalu 2 meter, dan (5) kesesuaian rancangan model VIII dilaksanakan selama 10 menit.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan tentang metodik strategi latihan sepak sila mulai dari tahap pendahuluan, inti, dan penutup, (2) pengorganisasian materi dan ragam kegiatan pada tahap pendahuluan, (3) kesesuaian variasi latihan pada tahap pendahuluan dengan latihan sepak sila, dan (4) kesesuaian pengorganisasian variasi latihan pada tahap latihan inti.
Hasil analisis diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model I, dengan variasi latihan sepak sila, (2) penekanan rancangan model I dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks, (3) kesesuaian konsep gerak rancangan model I.Kesesuaian rancangan model II, dengan variasi latihan sepak sila.  Penekanan rancangan model II dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks.Kesesuaian konsep gerak rancangan model II.
Hasil analisis diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model III, dengan variasi latihan sepak sila, (2) penekanan rancangan model III dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks, (3) kesesuaian konsep gerak rancangan model III, (4) kesesuaian rancangan model IV, dengan variasi latihan sepak sila, (5) penekanan rancangan model IV dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks, dan (6) kesesuaian konsep gerak rancangan model IV.
Hasil analisis diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model V dengan variasi latihan sepak sila, (2) penekanan rancangan model V dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks, (3) kesesuaian konsep gerak rancangan model V, (4) kesuaian rancangan model VI, sudah sesuai dengan variasi latihan sepak sila, (5) penekanan rancangan model VI dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks, dan (6) kesesuaian konsep gerak rancangan model VI.
Hasil analisis diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model VII, dengan variasi latihan sepak sila,(2) penekanan rancangan model VII dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks, (3) kesesuaian konsep gerak rancangan model VII, (4) kesesuaian rancangan model VIII, dengan variasi latihan sepak sila, (5) penekanan rancangan model VIII dari mudah ke sukar atau dari sederhana ke kompleks, dan (6) kesesuaian konsep gerak rancangan model VIII.
Hasil analisis diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) kesesuaian rancangan model IX, dengan variasi latihan sepak sila, (2) kesesuaian rancangan model IX  menyenangkan mehasiswa dalam melakukan model ini,(3) kesesuaian konsep gerak rancangan model IX, (4) kesesuaian pengorganisasian materi dan ragam kegiatan pada tahap penutup, (5) keefektifan rancangan variasi latihan sepak sila, dan (6) kesesuaian rancangan variasi latihan sepak sila ini dengan keaktifan dan keantusiasan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan sepak takraw.
Berdasarkan hasil analisis uji coba tahap I (kelompok kecil) diperoleh persentase 83,33% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) latihan sepak sila model I yang dilakukan, (2) manfaat latihan sepak sila model I yang sudah dilaksanakan, (3) latihan sepak sila model II yang dilakukan, (4) manfaat latihan sepak sila model II yang sudah dilaksanakan (5) manfaat latihan sepak sila model IV yang sudah dilaksanakan, (6) latihan sepak sila model VI yang dilakukan, (7) Latihan sepak sila model VII yang dilakukan, (8) manfaat latihan sepak sila model VI yang sudah dilaksanakan, dan (8) manfaat latihan sepak sila model IX  yang sudah dilaksanakan.
Hasil analisis uji coba tahap I (kelompok kecil) diperoleh persentase 70,83% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan latihan sepak sila model I yang dilakukan, (2) pelaksanaan latihan sepak sila model IV yang dilakukan, dan (3) pelaksanaan latihan sepak sila model VIII yang dilakukan.
Hasil analisis uji coba tahap I (kelompok kecil) diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan latihan sepak sila model II yang dilakukan, (2) latihan sepak sila model IX yang dilakukan, dan (3) pelaksanaan latihan sepak sila model IX yang dilakukan.
Hasil analisis uji coba tahap I (kelompok kecil) diperoleh persentase 79,17% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) latihan sepak sila model III yang dilakukan, (2) manfaat latihan sepak sila model III yang sudah dilaksanakan (3) latihan sepak sila model IV yang dilakukan, (4) latihan sepak sila model V yang dilakukan, (5) manfaat latihan sepak sila model V yang sudah dilaksanakan, (6) manfaat latihan sepak sila model VII yang sudah dilaksanakan, (7) latihan sepak sila model VIII yang dilakukan, dan (8) manfaat latihan sepak sila model VIII yang sudah dilaksanakan.
Hasil analisis uji coba tahap I (kelompok kecil) diperoleh persentase 66,67% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan latihan sepak sila model III yang dilakukan, (2) pelaksanaan latihan sepak sila model VI yang dilakukan.
Hasil analisis uji coba tahap I (kelompok kecil) diperoleh persentase 62,5% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan latihan sepak sila model V yang dilakukan, (2) pelaksanaan latihan sepak sila model VII yang dilakukan.
Berdasarkan hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 80,88% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) latihan sepak sila model I yang dilakukan, (2) manfaat latihan sepak sila model V yang sudah dilaksanakan, (3) manfaat latihan sepak sila model VII yang sudah dilaksanakan.
Hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 82,35% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan latihan sepak sila model I yang dilakukan, (2) latihan sepak sila model II yang dilakukan, (3) manfaat latihan sepak sila model III yang sudah dilaksanakan, (4) manfaat latihan sepak sila model IV yang sudah dilaksanakan, (5) latihan sepak sila model V yang dilakukan, (6) latihan sepak sila model VI yang dilakukan, (7) manfaat latihan sepak sila model VI yang sudah dilaksanakan, (8) latihan sepak sila model IX yang dilakukan, dan (9)manfaat latihan sepak sila model IX  yang sudah dilaksanakan.
Hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 83,82% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek manfaat latihan sepak sila model I yang sudah dilaksanakan.
Hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 73,53% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan latihan sepak sila model II yang dilakukan, (2) pelaksanaan latihan sepak sila model IV yang dilakukan, dan (3) pelaksanaan latihan sepak sila model VII yang dilakukan.
Hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 85,29% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) manfaat latihan sepak sila model II yang sudah dilaksanakan, dan (2) latihan sepak sila model III yang dilakukan.
Hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 70,59% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan latihan sepak sila model III yang dilakukan, dan (2) pelaksanaan latihan sepak sila model V yang dilakukan.
Hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 77,94% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) latihan sepak sila model IV yang dilakukan, dan (2) manfaat latihan sepak sila model VIII yang sudah dilaksanakan.
Hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 72,06% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) pelaksanaan latihan sepak sila model VI yang dilakukan, dan (2) pelaksanaan latihan sepak sila model VIII yang dilakukan.
Hasil analisis uji coba tahap II (kelompok besar) diperoleh persentase 75% dengan kriteria digunakan, yaitu pada aspek (1) latihan sepak sila model VII yang dilakukan, (2) latihan sepak sila model VIII yang dilakukan, dan (3) pelaksanaan latihan sepak sila model IX yang dilakukan.


PEMBAHASAN
Berdasarkah hasil analisis yang telah dilakukan terhadap tanggapan/penilaian dari ahli sepak takraw hasilnya adalah 71,62 dari kriteria ditentukan dan dapat dikatakan bahwa variasi latihan sepak sila ini memenuhi kriteria digunakan (60%-79%) sehingga dapat digunakan dalam proses latihan sepak takraw.
Berdasarkah hasil analisis yang telah dilakukan terhadap tanggapan/penilaian dari ahli pembelajaran hasilnya adalah 75% dari kriteria ditentukan dan dapat dikatakan bahwa variasi latihan sepak sila ini memenuhi kriteria digunakan (60%-79%) sehingga dapat digunakan dalam proses latihan sepak takraw.
Berdasarkah hasil analisis dari uji coba tahap I (kelompok kecil) hasilnya adalah 77,01% dari kriteria ditentukan dan dapat dikatakan bahwa variasi latihan sepak sila ini memenuhi kriteria digunakan (60%-79%) sehingga dapat digunakan dalam proses latihan sepak takraw.
Berdasarkah hasil analisis yang telah dilakukan terhadap tanggapan/penilaian dari uji coba tahap II (kelompok besar), hasilnya adalah 78,70% dari kriteria ditentukan dan dapat dikatakan bahwa variasi latihan sepak sila ini memenuhi kriteria digunakan (60%-79%) sehingga dapat digunakan dalam proses latihan sepak takraw.

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Hasil yang diperoleh sudah memenuhi kriteria digunakan yaitu ahli sepak takraw diperoleh 71,62%, ahli pembelajaran diperoleh 75%, mahasiswa kelompok kecil diperoleh 77,01%, dan mahasiswa kelompok besar diperoleh 78,7%. Ini berarti pengembangan variasi latihan sepak sila dalam permainan sepak takraw di Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang ini digunakan dalam proses latihan sepak takraw. Berdasarkan data dari tinjauan ahli dan uji coba lapangan, serta pengamatan selama pengembangan yang dilakukan, terdapat beberapa revisi terhadap produk yang dikembangkan adalah sebagai berikut: (1) Merevisi masing-masing variasi latihan dan memberi nama serta tujuan latihan, contoh: latihan I adalah latihan sepak sila untuk kontrol bola dan tujuannya adalah mahasiswa terampil dalam melakukan sepak sila, (2) merevisi gerakan pemanasan yang fokus pada tungkai kaki, (3) merevisi gerakan inti yaitu: pada variasi latihan sepak sila harus mampu meningkatkan kemampuan sepak sila dan perlunya penambahan variasi yang lebih menekankan ke dalam bentuk game-game yang menarik, sehingga mahasiswa terdorong lebih bersemangat, (4) merevisi durasi yang digunakan dalam permainan sepak sila karena pada matakuliah T&P Sepak Takraw tidak hanya sepak sila saja, dan (5) merivisi format latihan dan lebih menekankan dari sederhana menuju ke yang kompleks atau dari mudah ke sukar.

Saran
1.      Saran Pemanfaatan
Produk pengembangan ini adalah variasi latihan sepak sila dalam permainan sepak takraw di JIK FIP UM. Dalam pemanfaatannya perlu dipertimbangkan situasi dan kondisi.
Sebelum mengikuti perkuliahan sepak takraw pada materi sepak sila sebaiknya mahasiswa melihat variasi latihan ini, sehingga mahasiswa dapat mengetahui dan mampu menguasai sepak takraw terutama pada penguasaan sepak sila dengan baik.
2.      Saran Deseminasi
Dalam penyebarluasan produk pengembangan ke sasaran yang lebih luas, peneliti memberikan saran, antara lain:
a.      Sebelum disebarluaskan sebaiknya produk ini disusun kembali menjadi lebih baik, baik itu tentang kemasan tampilan maupun isi dari materi produk yang dikembangkan.
b.      Agar variasi latihan sepak sila ini dapat digunakan oleh mahasiswa, maka sebaiknya dicetak lebih banyak lagi, sehingga nantinya para mahasiswa dapat mengetahui dan mampu menguasai sepak sila dengan baik.
3.      Saran Pengembangan Lebih Lanjut
Dalam mengembangkan penelitian ini ke arah lebih lanjut, peneliti mempunyai beberapa saran, sebagai berikut.
a.      Untuk subjek penelitian sebaiknya dilakukan pada subjek yang lebih luas, baik itu mahasiswa maupun masyarakat yang tertarik dengan permainan sepak takraw yang digunakan sebagai kelompok uji coba.
b.      Hasil pengembangan ini hanya sampai tersusun sebuah produk, belum sampai pada tingkat efektivitas produk yang dikembangkan, jadi sebaiknya dilanjutkan pada penelitian mengenai efektivitas produk yang dikembangkan.
Demikian saran-saran terhadap pemanfaatan, deseminasi, maupun pengembangan produk lebih lanjut terhadap pengembangan variasi latihan sepak sila dalam permainan sepak takraw.

DAFTAR RUJUKAN

Borg, W.R. & Gall, M.D. 1983. Education Research: An Introduction. 4th Ed. London: Longman Inc.
Bompa, T.O. 1986. Theory and Methodology of Training; The Key to Athletic Performance. Ontario Canada: Kendall/Hunt.
Fakultas Ilmu Pendidikan. 2004. Katalog Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang: Edisi Juli 2004. Malang: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
PERSETASI. 1999. Mari Bermain Sepaktakraw. Jakarta: PB. Persetasi      
Ruseffendi, E.T. 1994. Dasar-dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non-Eksakta Lainnya. Semarang: IKIP Semarang Press.
Suharno. 1993. Metodologi Pelatihan. Jakarta: KONI Pusat.
Sukmadinata, N.S. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi-Tesis-Disertasi-Artikel-Makalah-Laporan Penelitian, Edisi Keempat. Malang: Universitas Negeri Malang.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             
Yusup, U., Prawirasaputra, S. & Usli, L.W. 2001. Pembelajaran Permainan Sepak Takraw: Pendekatan Keterampilan Taktis di SMU. Jakarta: Depdiknas Dikdasmen Bekerja sama dengan Dirjen Olahraga.



Didik Purwanto adalah mahasiswa Universitas Negeri Malang. Artikel ini diangkat dari skripsi Jurusan Ilmu Keolahragaan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, 2007

Tidak ada komentar:

Posting Komentar